Fauziah, Guru SDN 010 Kundur
Fauziah, Guru SDN 010 Kundur

Opini – Menurut data riset dari Programme for International Students Assessment (PISA) di tahun 2018, Indonesia berada di urutan kelima tertinggi dari 78 negara sebagai negara yang paling banyak murid mengalami perundungan (bullying). Fenomena perundungan ini seperti gunung es, hanya terlihat sedikit tapi kasus yang terjadi dilapangan jauh lebih banyak.

Perundungan diklasifikasikan dalam beberapa jenis, yaitu perundungan verbal yang berupa hinaan dan celaan terhadap fisik, ekonomi dan sebagainya, perundungan Fisik yaitu perundungan yang menggunakan kontak fisik, dapat dilihat mata, jenis perundungan ini biasanya terjadi pada remaja pria. Selanjutnya yaitu perundungan siber, saat ini perundungan siber adalah kasus terbanyak, seiring dengan perkembangan teknologi dan media sosial, dan terakhir adalah perundungan sosial, yaitu perundungan yang terjadi dengan menyebarkan rumor yang belum tentu kebenarannya sehingga korban mendapatkan hukuman sosial, seperti dijauhi dan bahkan diusir.

Lalu apakah pendidikan karakter pada usia dini efektif untuk mencegah terjadinya perundungan? Anak pada usia dini adalah cerminan terhadap seperti apa karakterrya di masa mendatang, psikolog menyebut ini dengan nama Golden Age atau masa keemasan. Pada masa ini, anak akan menyerap dan meniru apa yang dilihat dan didengarnya, untuk itu sangat penting sekali bagi orang dewasa disekitarnya dapat menjadi role model atau muse yang baik untuk perkembangan emosi anak, cacian, perkataan-perkataan kotor, tidak menghargai, dan perilaku kurang pantas lainnya akan melukai jiwa anak. Fondasi untuk melatih emosi dan jiwa anak pertama terletak pada keluarga, keluarga yang selalu menanamkan sifat welas asih, saling menghargai, gotong royong, saling menghormati akan memberi pengaruh besar terhadap karakternya dimasa mendatang.

Lalu bagaimanakah peran guru disekolah dalam pembentukan karakter anak? Guru sebagai pendidik di sekolah dapat menanamkan pendidikan karakter dengan memberikan pengertian mengenai perdamaian, perdamaian antar sesama, diberikan gambaran-gambaran indah dan menarik, sehingga anak akan termotivasi dan merasa perlu menjaga perdamaian, anak juga bisa diberikan bimbingan khusus, sehingga anak merasa aman untuk mengutarakan sikap dan pendapatnya tanpa takut di ejek dan ditertawakan.

Namun tentu saja pendidikan karakter tidak bisa berdiri sendiri, hendaknya terintegrasi dengan kurikulum sekolah sehingga kemajuan akan proses pendidikan tidak hanya dititik beratkan pada kognitif semata.(*)

Ditulis oleh: Fauziah | SDN 010 Kundur

Previous articlePenandatanganan Nota Kesepahaman MoU Gugus Tugas Pengawasan Kampanye Dalam Pilkada Di Provinsi Kepri
Next articlePandemi Menghijrah Guru Ke Digitalisasi