Kundur News – Hari Raya Idul Fitri atau yang sering disebut Hari Lebaran selalu identik dengan sajian beragam makanan khas baik makanan berat maupun cemilan. Dan menariknya, hidangan lebaran ini umumnya berbeda-beda di setiap daerah yang tentu saja dipengaruhi oleh perbedaan budaya. Meskipun menggunakan bahan baku yang sama, penggunaan bumbu dan cara penyajian yang berbeda menghasilkan citarasa unik dan lezat.
Pun demikian di Sulawesi Selatan yang juga memiliki hidangan khas lebaran yang wajib ada di meja makan. Lebaran di Tana Ogi (suku Bugis) identik dengan massiara, yaitu sebuah tradisi saling mengunjungi kerabat dan sahabat yang bertujuan untuk silaturahmi.
Nah pada saat massiara inilah hidangan khas lebaran disajikan untuk menjamu tamu.
1. Nasu Likku
Dalam bahasa Bugis, likku berarti lengkuas. Memang masakan ini menggunakan lengkuas muda sebagai bumbu utama. Dulu lengkuas ini dipotong kecil memanjang seperti korek api, namun sekarang, atas nama kepraktisan, lengkuasnya diparut atau diblender. Potongan daging ayam dimasak bersama lengkuas, sereh dan santan. Terakhir ditambahkan kelapa sangrai untuk menambah kekentalan dan memberikan wangi yang khas.
Nasu likku ini adalah masakan favoritku saat massiara ke rumah keluarga dari pihak suami di Bone. Setiap rumah keluarga yang dikunjungi di kota Watampone, Barebbo, Pallengoreng, Carawali, Jampu, Mare’ dan lain lain, umumnya menyajikan nasu likku sebagai hidangan khas lebaran.
2. Nasu Itik Palekko
Nasu itik palekko juga merupakan hidangan khas lebaran bagi suku Bugis khususnya di daerah Pinrang, Sidrap dan Pare-pare. Tak lengkap rasanya jika saat lebaran, di meja makan tidak tersaji masakan ini. Daging itik memiliki sensasi rasa yang berbeda dibanding daging ayam. Rasa gurih dan pedas dari nasu itik palekko menciptakan sensasi unik yang tentu sangat disukai oleh pecinta makanan pedas.
Sesuai namanya, bahan baku utamanya adalah itik muda, karena itik tua dagingnya biasanya lebih liat dan keras. Daging itik dicuci bersih dan dicampur air asam jawa yang berfungsi untuk menghilangkan bau amisnya. Minyak yang digunakan untuk menggoreng daging itik bukanlah sembarang minyak goreng melainkan minyak yang dihasilkan dari kulit itik itu sendiri. Unik bukan?
3. Burasa’
Nah, ini dia primadona meja makan saat lebaran di Tana Ogi. Mungkin di daerah lain lebaran selalu identik dengan adanya ketupat, namun suku Bugis (maupun Makassar) umumnya lebih memilih untuk menyajikan burasa’ dibandingkan ketupat.
Bahan dasar yang digunakan untuk membuat burasa’ adalah beras pulen yang dimasak bersama santan kental hingga setengah matang, ada juga yang menambahkan daun pandan atau daun salam untuk mendapatkan wangi yang khas. Setelah itu, dibungkus menggunakan daun pisang dan diikat agar tidak terburai saat proses memasak selanjutnya.
4. Tumbu
Lauk berupa nasu likku atau nasu palekko enaknya disantap dengan tumbu’, sajian khas Bugis Makassar saat lebaran. Bahan dasar tumbu’ (biasa juga disebut langkak) adalah dari beras ketan (hitam ataupun putih) yang direndam selama 3 sampai 4 jam lalu dikukus hingga setengah matang. Di wadah lain, santan kental diberi garam lalu dimasak hingga mendidih dan dituangkan ke ketan yang sudah dikukus tadi. Diaduk sampai rata dan siap untuk dicetak.
Pembuatan tumbu’ juga menggunakan daun pisang sebagai pembungkusnya, sama seperti burasa’. Hanya saja, tumbu’ dicetak terlebih dahulu dengan menggunakan wadah bulat seperti pipa. Di rumah saya, mencetak tumbu’ menggunakan batang bambu yang sudah dibersihkan. Selesai dicetak lalu dibungkus daun pisang dan diiikat barulah direbus sampai matang.
5. Tape
Lebaran terasa kurang lengkap tanpa hadirnya tape di meja makan. Oya, tape yang dimaksud adalah tape ketan hitam ya (meskipun ada juga tape ketan putih), bukan singkong yang diragi
Bahan dasar tape (gambang dalam bahasa Bugis) adalah ketan hitam/ketan putih atau campuran keduanya yang dikukus terlebih dahulu kemudian diberi ragi. Sebaiknya pilih ragi yang berkualitas karena akan berpengaruh pada rasa manis yang dihasilkannya. Di rumah saya, tape mulai dibuat dua hari sebelum hari lebaran. Jadi saat lebaran tiba, tape sudah masak berair dan siap untuk dihidangkan.
6. Barongko
Barongko merupakan kue tradisional khas Bugis Makassar dengan tekstur lembut, berair dan rasanya manis. Memang kue barongko sudah bisa didapatkan di mana-mana, tidak seperti dulu hanya ada saat hari raya atau acara tertentu misalnya pesta pernikahan. Di Tana Ogi, makanan ini termasuk sajian wajib saat lebaran tiba.
Bahan dasar barongko adalah pisang yang dihaluskan lalu dicampur dengan telur dan santan barulah dibungkus dengan daun pisang dan dikukus. Simpan dalam kulkas sebelum disajikan di hari lebaran.*