Kundurnews – Bank Indonesia (BI) mengapresiasi langkah pemerintah yang akan memulai pencabutan subsidi listrik untuk 18,7 juta pelanggan 900 VA pada 1 Januari 2017. Dengan kebijakan subsidi listrik tepat sasaran, pemerintah punya ruang fiskal yang lebih besar.
Penghematan dari subsidi listrik dapat digunakan untuk membangun infrastruktur-infrastruktur vital yang mendorong pertumbuhan ekonomi nasional.
Menurut perhitungan BI, skema pencabutan subsidi listrik 900 VA secara bertahap sebanyak 3 kali pada Januari, Maret, dan Mei 2017 sudah cukup untuk meredam dampak kenaikan tarif pada inflasi. Diperkirakan dampaknya terhadap inflasi sebesar 0,95% pada tahun 2017.
“Dengan reformasi subsidi ini, pemerintah semakin memiliki dana untuk pembangunan infrastruktur yang lebih vital. Dampak inflasinya 0,95% untuk kenaikan listrik 900 VA yang diterapkan di Januari, Maret, dan Mei,” kata Direktur Eksekutif Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI, Juda Agung, dalam coffe morning di Ditjen Ketenagalistrikan, Jakarta, Jumat (18/11/2016) dilansir Detikcom.
Pada 2017, BI menargetkan inflasi di kisaran 4%. Meski ada kenaikan tarif listrik yang membuat inflasi bertambah 0,95%, kenaikan harga barang-barang secara umum masih terkendali di kisaran 4%, tidak terlalu membebani masyarakat.
“Target inflasi kita di 2017 adalah 4% dengan plus minus 1%. Masih oke dengan adanya kenaikan TTL 900 VA,” ucap Juda.
Sementara itu, Dirjen Ketenagalistrikan Kementerian ESDM, Jarman, mengungkapkan bahwa skema kenaikan tarif listrik 900 VA sengaja dibuat bertahap sampai Mei saja untuk menghindari Ramadhan dan Idul Fitri.
Inflasi pasti tinggi saat lebaran. Kalau tarif listrik naik pada waktu lebaran, tentu akan sangat membebani masyarakat. Maka kenaikan dilakukan sampai Mei saja.
“Kita tidak ingin kenaikan tarif listrik 900 VA bersamaan dengan lebaran di bulan Juli. Kurang bagus kalau bersamaan,” tutupnya.*
Detikcom