+
+
Belakangan banyak sekali penumpang pesawat mengaku-ngaku membawa bom saat berada berbagai bandara. Kelakuan mereka ini jelas sangat meresahkan.
Petugas yang mendapat informasi langsung bertindak tegas mengamankan mereka. Ironisnya, dalam beberapa kasus justru aparat TNI dan Polri yang melakukan ini. Lebih konyolnya, mereka setelah ditangkap mengaku cuma guyon.
Seorang polisi Iptu Cahyo Widyanto melakukan itu ketika hendak ke Denpasar menumpang pesawat Lion Air nomor penerbangan JT-745. Tetapi pukul 15.00 Wita tiba-tiba berulah, mengaku bawa bom dalam tasnya saat akan melintasi alat X-Ray. Yang belakangan diakui hanya bercanda.
Akibat ulahnya itu, petugas bandara terpaksa melakukan sterilisasi, memeriksa semua barang bawaan penumpang termasuk barang bawaan Cahyo Dwiyanto dan dua rekannya yang lain dalam satu rombongan tujuan ke Denpasar. Cahyo berasal dari Kesatuan Puslabfor Mabes Polri yang di-BKO-kan di Puslabfor Polda Bali.
“Pimpinan Polri dan di lembaga manapun, dijenjang pendidikan mana pun tidak pernah mengajarkan untuk membuat candaan di ruang publik. Apalagi ini di bandara, wilayah penerbangan yang sangat sensitif karena penerbangan memerlukan ketaatan regulasi dunia penerbangan secara internasional,” kata Kabid Humas Polda Sulsel, Kombes Polisi Frans Barung Mangera yang dikonfirmasi di Makassar, Minggu (10/1).
Hary Budi Waluyo, Shared services Departement Head Bandara Internasional Sultan Hasanuddin mengatakan proses pengetatan sistem keamanan akan selalu dikedepankan termasuk gurauan terkait bom.
“Gurauan ada bom itu itu merupakan salah satu hal yang bagi kami ‘menyimpan potensi’. Kami tidak bisa ambil sikap menyepelekan atau menolerir hal-hal semacam itu,” ujar Hary.
Selain itu, Kementerian Perhubungan mencatat ada 15 candaan ancaman bom di maskapai penerbangan. Di mana, salah satu dari candaan itu dilakukan oleh seseorang diduga anggota TNI.
Direktur Keamanan Penerbangan Ditjen Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan, Nasir Usman menjelaskan, akibat candaan itu, sejumlah penerbangan di bandar udara terpaksa ditunda.
“Pada, 3 Januari 2016, adanya candaan atau laporan calon penumpang Lion Air dengan rute Balikpapan-Ujung Pandang dengan inisial JM. Berdasarkan informasi, pelaku berasal dari anggota TNI,” ujar Nasir di kantornya, Jakarta, Senin (4/1).
Lalu ada Anggota TNI berinisial S juga mengaku bawa bom saat menumpangi Lion Air di Bandara Sultan Syarif Kasim (SSK) II. Dia langsung diamankan di Kantor Detasemen Polisi Militer TNI AD di Jalan Ahmad Yani Pekanbaru.
“Sudah diamankan. Saat ini masih kami untuk intensif,” ujar Komandan Denpom TNI AD Pekanbaru Letkol CPM Johny PJ Pelupessy kepada wartawan, Jumat (8/1/) malam.
Namun Denpom TNI AD belum bisa menyimpulkan karena pemeriksaan terhadap Mayor S yang mengaku membawa bom kepada pramugari tersebut belum selesai. “Belum bisa kita pastikan apa motif dari yang bersangkutan,” kata Jhony.
Dikatakan Jhony, Mayor S dijemput sejumlah petugas Denpom TNI dari Bandara Internasional Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru ketika pihaknya mendapat laporan dari otoritas bandara.
“Setelah dijemput, kemudian dibawa ke markas kita untuk selanjutnya diselidiki,” kata Johny.
Yang juga menghebohkan seorang nenek bernama Latifa, calon penumpang pesawat Lion Air JT 565 tujuan Yogyakarta- Jakarta diamankan petugas Bandara Internasional Adisutjipto, Yogyakarta karena mengaku membawa bom di dalam tas yang dibawanya. General Manager PT Angkasa Pura I Bandara Internasional Adisutjipto, Agus Pandu Purnama mengatakan nenek tersebut ternyata hanya sedang berguyon membawa bom.
“Penumpang yang diamankan atas nama Hj Latifa (68) warga Taman Mangu Indah, Pondok Aren, Tangerang,” kata Agus Sleman, Jumat (8/1).
Menurut dia, pengakuan nenek lansia tersebut sempat membuat petugas di Bandara Adisutjipto Yogyakarta kaget dan melakukan pemeriksaan terhadap nenek berumur 68 tahun ini.
“Atas pengakuan tersebut kami langsung mengamankannya. Selanjutnya dilakukan pemeriksaan terhadap yang bersangkutan,” katanya.
Ia mengatakan, saat dilakukan pemeriksaan terhadap tas milik calon penumpang ini petugas tidak menemukan bom yang dimaksud maupun benda berbahaya lainnya di dalam tas yang dibawanya.