Pemerintah Jokowi-JK baru saja mengoreksi harga jual bahan bakar minyak (BBM) jenis Premium dan Solar. Harga baru Premium jadi Rp 6.600 dan Solar Rp 6.400 per liter dan berlaku mulai Senin mendatang.
Turunnya harga BBM tidak berdampak pada penurunan harga kebutuhan dan harga pangan. Padahal waktu harga BBM naik November silam, harga kebutuhan merangkak naik.
Ketua Komite Tetap Industri Makanan, Minuman dan Tembakau Kamar Dagang dan Industri (Kadin), Thomas Darmawan mengatakan harga produk Indonesia mudah naik dan sulit turun. Satu pemicu saja yaitu kenaikan BBM, harga barang langsung naik. Hal ini terjadi karena tidak adanya zonasi produksi di Indonesia.
“Sedikit dipicu langsung naik karena zonasi produksi kita enggak jelas. Udang misalnya, produksi di Bali dan Lombok tapi pasarnya di Jakarta. Ini kan buat mahal menyebabkan harga bertambah,” ucap Thomas kepada merdeka.com di Jakarta, Sabtu (17/1).
Thomas menyebut, di Vietnam zonasi produksi mereka sangat jelas. Misalnya untuk pembibitan dan ternak budi daya serta pasar terletak di lokasi yang tidak begitu jauh. Hal ini sangat berbeda dengan Indonesia.
Kondisi seperti ini sangat sensitif akan biaya transportasi. Jika ada kenaikan harga transportasi maka harga otomatis menjadi tinggi dan menyusahkan masyarakat.
“Ikan patin kita kalah dari Vietnam (murah), karena di vietnam itu pembibitan ternak, budi daya, pabrik pengolahan, pabrik pakan ada disatu lokasi. Paling jauh jaraknya 60 Km. Sedangkan kita, bibit ada di Bogor, pengolahan di Surabaya, kemudian ternak di Medan. Ini jadi mahal,” tutupnya.
(merdeka.com) http://www.merdeka.com/uang/ini-yang-buat-harga-produk-indonesia-mudah-naik-dan-sulit-turun.html