Lebih dari sepuluh tahun lalu, nama Ainur Rokhimah alias Inul Daratista hanya tenar di kampung-kampung Pasuruan, Jawa Timur. Namun siapa sangka kini dia terkenal di penjuru Tanah Air, dari kampung sampai kota metropolitan.
Ketenaran Inul tak lepas dari gebrakannya di blantika musik dangdut. Saat itu Inul sukses menggoyang prinsip dangdut yang kental dengan kesopanan. Goyang ‘ngebor’ begitu masyarakat menyebutnya. Inul bergoyang menghentak-hentak, membelakangi penonton dan berenergi sampai dinilai mampu menimbulkan birahi laki-laki.
Ciri khas goyang Inul seperti ini pun direkam penggemarnya, hingga aksi Inul menyebar melalui VCD bajakan. Waktu itu lapak-lapak di Jakarta banyak menjual VCD amatir aksi panggung Inul. Di luar dugaan ternyata VCD tersebut laris manis seperti kacang goreng. Sejak itu tawaran manggung di televisi mulai bermunculan.
Aksi goyang Inul yang berani akhirnya memancing pandangan miring. Salah satu yang menentang keras adalah Raja Dangdut, Rhoma Irama. Pada tahun 2003, Rhoma meminta agar stasiun televisi memboikot Inul karena goyangannya yang dianggap seronok, merusak moral bangsa, dan mengotori musik dangdut.
Menggandeng artis senior dangdut lainnya, Rhoma secara terbuka menolak Inul. Menanggapi hal tersebut, Inul berurai air mata. “Tahu enggak kamu, kemarin di televisi ada seseorang yang memperkosa anak karena ia baru saja melihat VCD-mu!” bentak Rhoma terhadap Inul kala itu. Inul sadar diri. Boro-boro melawan, istri dari Adam Suseno itu pun mencium tangan Rhoma sebagai wujud perdamaian. Pada 2006 pertikaian Inul-Rhoma makin memanas.
Bukan hanya Rhoma, Majelis Ulama Indonesia (MUI) juga turut mendesak stasiun televisi untuk mencekal Inul. KH Maruf Amin, yang ketika itu ketua Komisi Fatwa MUI berkomentar, “Kalau goyang biasa yang berpengaruh (syahwat) saja haram, apalagi goyang semacam itu. Bukan hanya haram, tapi juga berbahaya.”
Nah, di tengah kisruh kasus goyang “ngebor” itulah Gus Dur tampil membela Inul. Dia membela penyanyi yang mengawali karir dari panggung ke panggung itu tanpa menghiraukan hujatan dan kritikan dari berbagai pihak. Saat itu Gus Dur berujar, “Masyarakat sebaiknya memberikan peluang dan penilaian secara jujur dan apa adanya sebelum menjatuhkan vonis,” seperti yang dituturkan oleh Imanulhaq dalam bukunya: “Fatwa Dan Canda Gusdur”.
Penilaian jujur yang dimaksud Gus Dur adalah melepaskan dari berbagai tendensi kepentingan, baik kepentingan politik, ekonomi, agama, dan sebagainya. Dengan kata lain, Gus Dur menyerahkan ‘vonis’ pencekalan Inul kepada masyarakat.
Semakin Inul terkenal semakin banyak kontroversi yang mengiringi Inul. Sebut saja kontroversi keinginan Inul tampil di majalah Playboy, berlanjut pada patung Inul yang didemo banyak orang atau yang terhangat kisah suami Inul, Adam Suseno, yang dikabarkan selingkuh.
Namun semakin banyak diterpa gosip, berita miring sampai kontroversi, Inul membuktikan konsistensinya di musik dangdut. Bahkan setelah mendapatkan anak dari program bayi tabung, Inul berhasil meraup banyak rupiah dari bisnis karaokenya. Kini Inul lebih banyak dipercaya untuk menghiasi program musik di Tanah Air atau tampil sebagai bintang iklan tanpa harus ‘mengebor’ panggung hiburan.
(merdeka.com) http://www.merdeka.com/peristiwa/inul-daratista-pelopor-goyang-dangdut-seronok-goyang-dangdut-seronok.html