Kundur News

Nama daerahnya begitu kesohor di sepanjang jalan pantai utara. Mulai dari jalan layang Pamanukan hingga Kota Indramayu semua orang nyaris tahu. Pasar Jodoh, begitu nama sebuah supermarket tradisional di Desa Lebak, Kecamatan Kandang Haur, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat.

Saban Jumat sore usai salat Ashar, tepat di depan Pasar Parean, muda mudi berkumpul. Tak hanya itu janda dan duda juga ikut berbaur di sana untuk mencari pendamping lawan jenis. Jika cocok, mereka bakal pacaran dan kemudian melamar hingga menikah.

“Di sini memang dikenal sebagai Pasar Jodoh,” kata Yuani, warga asli Desa Parean Bulak saat berbincang  Sabtu sore pekan kemarin.

Pasar Parean merupakan salah satu pasar tradisional di Kecamatan Kandanghaur, Kabupaten Indramayu. Letaknya tepat di samping kantor Kuwu Desa Bulak. Ihwal sebutan nama Pasar Jodoh bermula dari tradisi warga Desa Parean Girang yang berada di seberang pasar. Lantaran tak ada hiburan, saban malam minggu muda-mudi di sana kerap keluar untuk sekadar melihat hiburan.

Maklum tempat itu dulunya merupakan kantor pembantu bupati Indramayu. Pertemuan muda-mudi itu pun berujung pada suka sama suka. Jika keduanya saling tatap mata dan suka, maka lelakinya akan mengenakan sarung untuk menggaet perempuan. “Dulu di sini itu kantor bupati,” ujar Yuani.

Menurut Yuani pengenaan sarung oleh lelaki untuk menggaet wanita di Pasar Jodoh memang memiliki sejarah tersendiri. Dulunya wanita Desa Parean Girang memang mengenakan pakaian kain rajutan. Kain itu dibuat sendiri oleh wanitanya. Sedangkan lelakinya kerap membawa sarung jika bepergian.

Yuani tak tahu persis kapan tradisi mencari jodoh di Pasar Parean itu dimulai. Namun dia mengatakan, jika tradisi itu lebih dikenal dengan jaringan. “Mungkin karena sarung yang digunakan untuk menggaet perempuan makanya disebut jaringan,” tutur Yuani.

Sebenarnya ada banyak versi berkembang soal tradisi jaringan di Pasar Jodoh Kandang Haur. Sikin, warga Kabupaten Indramayu punya sejarah sendiri soal tradisi jaringan. Menurut dia istilah jaringan diartikan mencari jodoh saat terang bulan. Dimana para nelayan asal Desa Parean Girang itu berkumpul karena sedang tidak melaut.

Ada kepercayaan jika waktu terang bulan ikan-ikan di laut berdiam di dasar laut sehingga sulit ditangkap. “Dari dulu memang terkenalnya seperti itu, namanya Pasar Jodoh. Kalau tradisinya namanya Jaringan,” ujar Sikin.

Biasanya, dari hasil jaringan, pria yang mendapat pasangan wanitanya akan mengajak untuk jajan. Nanti wanita tersebut akan mengajak teman-teman wanitanya untuk ikut makan bersama. Usai makan-makan, wanita tersebut akan diantar oleh lelaki yang didapatnya dari Pasar Jodoh.

Lelaki itu juga sekaligus akan melamar kepada keluarganya untuk dijadikan tunangan. “Usai diantar biasanya nanti ditandai,” kata Yuani.

 

 

www.merdeka.com

Previous article220 Kades di Blitar ogah ladeni wartawan tak sertifikat Dewan Pers
Next articleKinerja anjlok saat Rupiah terseok, pengusaha salahkan pemerintah