Html code here! Replace this with any non empty text and that's it.
Larangan sang Ustadz bagai bukan seorang muslim tersebut, membuat kekecewaan mendalam bagi Neneng. Ustadz penjaga misjid itu menegahnya dengan cara santun dengan mengatakan tidak ada orang yang akan mensholatkan jenazah ibunya di Misjid.
Informasi yang dikutip dari BangkaTribun, di wilayah tersebut, kabarnya sang ustaz adalah pendukung pasangan calon lain. Neneng putri bungsu almarhum mengaku masih ingat betul, pada Selasa pekan lalu sekitar pukul 13.30 WIB, sang ibunda mengembuskan nafas terakhirnya akibat penyakit darah tinggi.
Ia kemudian menyambangi kediaman sang ustaz, yang tidak jauh dari kediamannya itu. Ustaz tersebut lalu datang ke kediamannya. Namun yang membuatnya terkejut, adalah jawaban sang ustaz ketika ia meminta sang ibunda dishalatkan di Masjid Al Mukmin yang lokasinya hanya berjarak sekitar 200 meter dari kediamannya itu.
“Percuma Neng. Nggak ada orang, udah di rumah saja (shalatnya), nanti gue yang mimpin,” ujar Neneng mengulangi pernyataan sang ustaz.
Alhasil mulai dari prosesi memandikan jenazah hingga shalat jenazah untuk almarhum perempuan berumur 77 tahun tersebut, digelar di kediamannya itu.
Hari itu juga sang ibunda dimakamkan di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Menteng Pulo. Sang ustaz pun ikut ke pemakaman. Neneng mengaku kecewa dengan keputusan sang ustaz yang ia kenal sejak kecil itu. Kata dia tidak mungkin sore itu tidak ada jemaah yang mau membantu menshalatkan sang ibunda. Namun ia memilih untuk tidak mempermasalahkan hal tersebut, dan fokus untuk segera memakamkan jenazah sang ibunda.
Neneng juga kecewa dengan sikap Ketua RT Abdul Rahman. Ketua RT tidak membantunya mengurus berkas-berkas terkait kematian sang ibunda.
Ketua RT tersebut juga tidak ikut mengantar almarhum Hindun ke pemakaman.
“Surat-suratnya saya yang urus sendiri, tapi Alhamdulilah nggak ada masalah di kuburan,” ujarnya.Kehalaman_Selanjutnya