Sawang – Dalam upaya melakukan penegahan terhadap kegiatan penambangan yang dilakukan oleh Kapal Isap Produksi (KIP) Timah, Armada Jeihan Nabila, sejumlah warga Sawang Kundur Barat, turun ke kapal dengan menggunakan pompong, Sabtu (16/10/21).
Kedatangan belasan warga itu disambut oleh perwakilan perusahaan Armada Jeihan Nabila, Hasbi, beserta beberapa stafnya di ruang nahkoda kapal. Hasbi menanyakan maksud dan tujuan warga yang naik ke kapal tersebut.
Perwakilan warga, Jumari Igut, mempertanyakan kepada Hasbi terkait perizian KIP mitra Timah itu yang melakukan penambangan di area tangkap nelayan, didepan laut Mukalimus, Sawang.
“Kami ingin menanyakan siapa yang memberi izin melakukan penambangan di laut kami. Kami sebagai penduduk pesisir kenapa dibelakangi. Mana Humas KIP Mitra yang tidak pernah melakukan sosialisasi, tau-tau main serobot melakukan penambangan. Tolong hargai kami. Ini tempat mata pencarian kami. Kalau ini semua dirusak kami mau makan apa. Jangan mentang-mentang anda sudah memberikan kompensasi lantas seenaknya aja melakukan penambangan. Kita ini hidup di negara hukum, punya ketentuan, semua harus taat hukum,” kata Igut.
Hasbi mengaku pihaknya melakukan penambangan didepan laut Sawang sudah terlebih dahulu melakukan sosialisasi.
“Mungkin sudah dilakukan sosialisasi maka kami lakukan penambangan. Dan kami sudah ada surat kesepakatan bersama ketua pemuda tempatan, ketua nelayan juga RT RW di rumah RT RW setempat. Jadi pada prinsifnya, setelah selesai ditandatangani, jadi kami fikir sudah disosialisasikan dan ini juga diluar jangkauan saya, dan kami melakukan penambangan sudah diketahui oleh Lurah setempat yang kemudian disampaikan kepada camat” kata Hasbi.
Warga yang juga nelayan pesisir bersikeras minta menghentikan kegiatan penambangan. Kata Igut lagi, dengan memberikan kompensasi kepada segelintir orang di Sawang, dengan secara tidak langsung perusahaan telah melakukan penyogokan.
“Untuk apa kami uang kompensasi seratus dua ratus ribu hanya untuk menutup mata pencarian nelayan. Dengan demikian perusahaan ini kami anggap telah menyogok masyarakat untuk mengobok-obok laut sini. Kalau memang resmi, kenapa harus menggunakan dana kompensasi segala, kenapa tidak melalui jalur CSR,” kata Igut.
Hasbi, dalam pada itu meminta kepada belasan masyarakat itu untuk mencari solusi, agar penambangan dapat terus berjalan, dan dia berjanji akan turun ke darat membicaran lebih lanjut.
Dalam pantauan wartawan, dalam beberapa jam penambangan yang dilakukan KIP tersebut sudah menghasilkan belasan karung bijih Timah.
Belasan orang warga pesisir tersebut akhirnya meningalkan KIP dan kembali naik ke Mukalimus.
Sebelumnya KIP Armada Jeihan Nabila sempat menghindar beberapa jam dari laut Sawang, diduga karena adanya gejolak dari masyarakat. Merasa sudah mengeluarkan dana kompensasi kepada segelintir orang, KIP diduga nekat melakukan penambangan.(*)