+
+
+
Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Adnan Pandu Praja mengajak anak muda pembuat film di Purbalingga untuk berpartisipasi dalam mengampanyekan antikorupsi. Lebih jauh, Adnan mengapresiasi partisipasi pembuat film Purbalingga dalam program pencegahan korupsi dalam kompetisi Anti Corruption Film Festival (ACFFest) selama dua tahun terakhir penyelenggaraannya.
“Buat Purbalingga, khususnya banyak bibit unggul dalam menghasilkan karya film untuk membantu KPK menyuarakan gerakan antikorupsi. Karena selama ini banyak karya film dari Purbalingga yang ikut serta dalam ACFFest,” katanya di tengah acara Roadshow ACFFest 2015 di Purbalingga, Sabtu (13/6).
Lebih jauh, ia mengemukakan program ACFFest ini merupakan salah satu program pencegahan antikorupsi yang mengajak kaum muda di seluruh Indonesia untuk menolak korupsi. Selain ACFFest, Adnan mengemukakan berbagai program pencegahan antikorupsi juga sudah dijalankan KPK.
“Selama ini, kami bekerjasama dengan beberapa media seperti radio, televisi. Selain itu, KPK juga sudah memiliki radio streaming yang siarannya di replay lebih dari 300 stasiun lokal yang mengudarakannya dan juga tv streaming KPK yang berisi talkshow dan interaktif,” katanya.
Dalam talkshow tersebut, KPK menyasar target mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi. Selain itu, program pencegahan KPK juga mengajak sekitar dua ribu dosen untuk membangun kuliah antikorupsi, meski belum masuk dalam studi tertentu di kampus.
“Kami juga sudah memiliki banyak modul antikorupsi, tetapi semuanya masih dalam tahap aplikasi,” ujarnya.
Dari berbagai program tersebut, diakui Adnan, program ACFFest menjadi yang paling diminati anak muda dan masyarakat Indonesia pada umumnya.
“Program ini memang banyak diminati karena masyarakat Indonesia lebih suka menonton, sehingga pembuat film tentunya lebih tahu apa yang disukai anak muda, karena mereka membuat film sendiri sesuai dengan penontonnya,” ucapnya.
Penggagas ACFFest, Ary Nugroho mengungkapkan selama ini animo kaum muda untuk berpartisipasi cukup tinggi. Kali pertama penyelenggaraan ACFFest pada tahun 2013, tercatat ada sekitar film bertema antikorupsi yang masuk. “Kemudian tahun 2014 meningkat cukup tajam mencapai 333 film pendek yang masuk, tahun ini kami menargetkan 350-an karya film bisa berpartisipasi dalam ACFFest,” katanya.
Lebih jauh, ia mengemukakan karya-karya para pemenang nantinya akan dikompilasi dan akan diedarkan ke berbagai komunitas masyarakat untuk diputar di lingkungannya. Ia juga menambahkan, selama ini banyak pembuat film pendek yang mengirimkan karya dengan berbagai tema antikorupsi.
“Dalam temanya, kami melihat ada berbagai karya yang mengangkat lokalitasnya dengan persoalan ragam korupsi yang terjadi di lingkungannya. Dari situ, kita bisa menilai bahwa persoalan korupsi tidak hanya terjadi di tingkat pusat saja, tetapi sudah menjalar ke daerah,” tuturnya.
Untuk tahun ini, ia mengemukakan ada 15 kota yang disinggahi dalam roadshow ACFFest tahun ini. Pemilihan kota yang dikunjungi dalam roadshow ACFFest dinilai dari beberapa parameter. “Uniknya dalam pemilihannya kami tidak melakukannya di kota-kota besar, tetapi kami pilih kota-kota kedua yang memiliki potensi seperti banyaknya pembuat film, semangat antikorupsinya besar dan Purbalingga ini salah satu pilihannya,” ucapnya.
Sementara itu, pembuat film “Kita Versus Korupsi” yang merupakan bagian dalam proses kampanye film antikorupsi, Chairun Nissa mengemukakan selama ini memang jarang pembuat film yang mengangkat tema antikorupsi.
“Memang masih jarang ditemui film yang mengangkat tema antikorupsi, padahal selama ini fenomena korupsi kerap ditemui di sekitar kehidupan masyarakat sehari-hari. Seperti film pemenang tahun lalu dari Purbalingga berjudul “Langka Receh” yang mengangkat fenomena antikorupsi di sekitar lingkungannya,” ucapnya.
Pada ACFFest tahun ini dikompetisikan beberapa kategori seperti film fiksi, film dokumenter, video jurnalisme warga, iklan layanan masyarakatdan film animasi. Semua karya ini bisa diikuti untuk pelajar dan umum, sedangkan karya film yang bisa ikut kompetisi ini merupakan karya yang diproduksi sepanjang 1 Januari 2014 hingga 5 Oktober 2015.
Berbeda dibanding tahun sebelumnya, tahun ini ACFFest juga menggelar kompetisi ide cerita film dari kategori yang ada. Peserta yang terpilih akan mendapat apresiasi dalam bentuk dukungan produksi dan pendampingan proses produksi oleh praktisi perfilman, sekaligus diikutsertakan sebagai peserta ACFFest 2015.
+
Sumber : Merdeka.com