Salah satu peserta lomba lampu colok Kundur 1438 H, dari KM 8 Panglong Kundur Barat
Salah satu peserta lomba lampu colok Kundur 1438 H, dari KM 8 Panglong Kundur Barat

Kundur News – Tanjungbatu – Sudah menjadi tradisi bagi masyarakat yang ada di wilayah Pulau Kundur Kabupaten Karimun. Dimana setiap 27 Ramadhan dan malam akhir akhir (27,28,29 dan 30) dibulan suci Ramadhan melaksanakan kegiatan dengan mengadakan lampu colok ataupun lampu pelite. Lampu Colok adalah kebudayaan yang harus dilestarikan dengan desain khusus yang bernuansa islami, sehingga akan menambah kemeriahan dibulan suci Ramadhan.

BACA: Festival Lampu Colok Karimun, Masyarakat Kundur: “Oknum di Dinas Pariwisata Karimun Tidak Pancasila”

Warga masyarakat bahu membahu membuat lampu colok dari kaleng bekas, gapura berbentuk miniatur masjid serta mengumpulkan dana untuk membeli minyak tanah sebagai bahan bakar.

Tradisi Festival Lampu Colok adalah warisan masyarakat Melayu Kundur di zaman dulu, saat lampu minyak memang sarana penerangan yang dipakai sehari-hari. Tujuan seluruh masyarakat menyalakan lampu adalah supaya semua rumah terang saat malaikat turun di malam Lailatul Qadar.

Selain itu, tradisi ini juga dijalankan untuk mengucap syukur dan menyambut kemenangan di hari Idul Fitri. Yaitu tradisi pembuatan Lampu Colok yang sengaja dibentuk dan dihias seperti bentuk Mesjid, Ukiran Asma Allah, serta banyak lagi jenis ukiran yang dibuat dengan Api Colok ini.

Lampu colok ini dibuat dari potongan bekas kaleng minuman kemasan yang kemudian diberi sumbu (dapatberupa sumbu kompor atau dari kain yang direndam minyak) di mulutnya. Bahan bakarnya sendiri adalah dari Minyak Tanah. Yang dinilai hanya lampu colok dengan bahan bakar minyak tanah, sedangkan lampu dengan menggunakan listrik tidak termasuk dalam penilaian. Hadiah yang diberikan kepada pemenang merupakan uang pembinaan. Jumlahnya memang masih kecil karena keterbatasan anggaran.

Lama-kalamaan tradisi ini berkembang semakin besar dan semarak, lengkap dengan pesta kembang api dan berbagai hiburan. Festival ini pun menjadi salah satu daya tarik wisata Pulau Kundur.

“Ini tradisi kami masyarakat Melayu turun temurun di Kabupaten Karimun khususnya di pulau Kundur. Selain itu juga sebagai salah satu syiar Islam juga,” ujar Ispawandi selaku ketua Lomba Lampu Colok Kecamatan Kundur,  Jumat (23/6).

Menurut dia, orang tua jaman dulu menyebutkan bahwa lampu colok sebagai penerang hati pada bulan baik dan hari baik ini.

“Begitupun saat datangya Idul Fitri, maka dimeriahkan dengan lampu colok. Maksudnya adalah satu syawal ini hati kita jadi bersih. Kita membawa hati kita agar lebih baik, supaya diterangkan jalan menuju keberkahan,” katanya.*

Previous articlePerajin Tenun Diminta Kembangkan Inovasi
Next articleFestival Lampu Colok Karimun, Masyarakat Kundur: “Oknum di Dinas Pariwisata Karimun Tidak Pancasila”