Muhammad Fikrie Ramadon, Mahasiswa Pendidikan Bhasa dan Sastra Indonesia, Universitas Maritim Raja Ali Haji
Muhammad Fikrie Ramadon, Mahasiswa Pendidikan Bhasa dan Sastra Indonesia, Universitas Maritim Raja Ali Haji

Karya sastra adalah sebuah ide, opini, pemikiran, semangat, pengalaman, serta imajinasi seseorang yang dituangkan dalam suatu bentuk tulisan.karya sastra merupakan ungkapan seseorang yang berupa pengalaman, pemikiran, dan ide seseorang yang digambarkan secara konkret sehingga memberikan pemahaman kepada orang lain.

Puisi ” Di Masjid Amir Hamzah” merupakan puisi karya Rida K Liamsi yang ditulis pada tahun 2020. Rida K. Liamsi (lahir di Dabo, Singkep, Lingga, Kepulauan Riau, 17 Juli 1943) adalah sastrawan dan budayawan Melayu. Namanya dikenal melalui karya-karyanya berupa puisi yang dipublikasikan di berbagai surat kabar. Ia adalah pemrakarsa diselenggarakan Festival Hari Puisi Indonesia yang dimulai sejak tahun 2014, bertempat di Teater Kecil Taman Ismail Marzuki. karyanya menjadi bunga yang tumbuh subur di tanah Lancang Kuning, menghiasi taman – taman Sastra Riau, dan berkembang hingga kepenjuru negeri.Banyak sekali puisi karya-karya beliau, dan semua karyanya sangat populer di Indonesia. Selain sebagai sastrawan, ia juga menekuni profesi sebagai guru dan pewarta yang sekarang memegang kendali grup media Riau Pos. Atas ketokohannya di dunia sastra, ia telah menerima banyak penghargaan dari berbagai pihak, kerap di undang di banyak perhelatan, baik dalam negeri maupun luar negeri untuk menjadi pembicara masalah-masalah kebudayaan, khususnya kebudayaan Melayu, ekonomi, dan sosial, serta membacakan karya-karyanya antara lain di Melaka, Johor Bahru, Kuala Lumpur, Seoul, dan Hanoi.

 

Di Masjid Amir Hamzah

Sehabis magrib

Aku ratib dan meletakkan setangkai bunga di nisannya

Tuhan, singkirkan rasa benci dan aniaya

Tak ada daya, tak ada daya tanpa kehendak Mu

Dan maut menjemput, pun saat jiwa bersujud

Dan maut wangi bagai setanggi dibakar lumut

Karya Rida K Liamsi

 

Melalui puisi yang berjudul “Di Masjid Amir Hamzah” penulis mengekspresikan selepas maghrib seseorang yang ada di masjid memohon kepada tuhan untuk menghilangkan rasa benci dan aniaya  ketidak mungkinan yang hendak ia janjikan dan lakukan namun tiada lah daya ia buat tanpa kehendak tuhan, sebab waktu (maut) telah pun sampai ketika jiwa sudah bertaubat.

 

Sehabis magrib

Aku ratib dan meletakkan setangkai bunga di nisannya

Tuhan, singkirkan rasa benci dan aniaya

Pada bait ini menggambarkan situasi seseorang ketika selepas shalat maghrib ia pun berdoa mengadahkan tangan diatas dada memohon kepada tuhan agar dihilangkan rasa benci dan siksa kubur

Tak ada daya, tak ada daya tanpa kehendak Mu

Dan maut menjemput, pun saat jiwa bersujud

Dan maut wangi bagai setanggi dibakar lumut

Bait tersebut menggambarkan tentang dirinya yang tiada berdaya melawan maut  karena semua itu adalah kuasa dan kehendak tuhan. Di saat yang tak terduga maut telah pun sampai ketika jiwa sudah bertaubat dan karena itu ia berharap dosa-dosanya telah diampuni dan dihilangkan

Puisi ‘Di Masjid Amir Hamzah’ karya Rida K Liamsi memiliki makna yang mendalam. Seseorang yang bertaubat memohon ampun atas dosa dosanya dihilangkan dan dijauhkan dari siksa kubur  dengan kehendak dan kuasa tuhan, tiadalah berdaya ia melawan maut karena itu semua kehendak tuhan. Sajak dalam setiap bait memiliki daya tarik yang tinggi karena diksi dan gaya bahasa yang digunakan sangat bervariasi setiap maknanya.(*)

Oleh : Muhammad Fikrie Ramadon
Mahasiswa Pendidikan Bhasa dan Sastra Indonesia
Universitas Maritim Raja Ali Haji

Previous articleHaul Akbar Syekh Syihabuddin Al-Banjari Berjalan Lancar
Next articleWarga Desa Sialang Panjang Geger, Dua Ekor Buaya Berukuran Besar Muncul Di Permukaan Sungai