Bangga! Itulah satu kata yang terucap dari bibir Sabirin (49) seorang ayah dari Bripda Eka Yuli Andini (19), anggota polwan Polresta Salatiga, Jawa Tengah yang baru dua bulan menjalankan kewajibannya sebagai abdi negara yang sementara ditempatkan oleh Kapolresta Salatiga AKBP Ribut Hari Wibowo di Unit Shabara ini.
Bagaimana tidak, selama menjalani proses seleksi Secaba di Pusdik Bimas Banyu Biru, Ambarawa, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah anaknya tidak mengeluarkan biaya alias sogokan seperti yang dikabarkan dan menjadi rahasia umum masyarakat.
“Saya bangga, anak saya bisa masuk dan menjadi anggota polwan tanpa sogokan. Sebab, dari kabar yang tersebar kalau ingin jadi polisi harus bayar sogokan atau uang pelicin sebesar Rp 16 juta. Ternyata terbukti, anak saya tidak membayar atau menyogok!” ungkap Sabirin saat ditemui awak media.Rabu (25/2) yang dalam posisi rebahan sambil dalam kondisi diinfus tangannya di Bangsal Kelas 3 Flamboyan, Lantai 4 RSUD Kota Salatiga, Jawa Tengah.
Hanya saja, jerih payahnya menabung dari bekerja selama dua tahun lebih sebagai buruh tukang tambal ban yang bengkelnya dicarikan tempat oleh tetangganya Haji Suhardi harus habis.
“Setiap hari, hasil tambal ban bengkel saya yang dicarikan tempatnya oleh tetangga mertua saya (nenek Eka) sejak Eka kelas 3 SD harus saya relakan habis demi membiayai Eka supaya bisa lolos jadi polisi. Buat sewa mobil, makan dan transport ke Semarang untuk seleksi Secaba Polwan di sana. Tabungan sebesar Rp 2,5 juta dari hasil bengkel saya relakan habis demi untuk mengantar anak saya ke Semarang,” ungkapnya.
Ayah Bripda Eka, Sabirin bersama ibunya Darwanti rela selama kurun waktu 1,5 bulan proses seleksi Secaba Polwan mondar-mandir dari Salatiga menuju ke Kabupaten Semarang dan Kota Semarang untuk memberikan semangat dan support kepada anak pertamanya menjadi polwan.
Bahkan, Sabirin mengaku sempat tidur di dalam mobil hingga digigit nyamuk saat menunggui anaknya seleksi calon polwan di Kawasan PRPP Kota Semarang hingga muncul bentol-bentol merah di sekujur tubuh Sabirin dan istrinya.
“Sampai kita digigiti nyamuk pas tidur karena menunggu anak saya seleksi calon anggota polwan. Soalnya kawasan PRPP Kota Semarang itu khan dekat dengan laut jadi banyak nyamuknya,” papar Sabirin yang sebelum menjadi tukang tambal ban sempat menjadi sopir tetangganya Haji Suhardi ini.
Besarnya pengorbanan dan perjuangan Sabirin bersama istri dan anaknya, membuat dirinya berharap agar Bripda Eka menjadi polisi sekaligus anak yang bisa berbakti bagi orang tua, keluarga, bangsa dan negara. Terutama bekerja sebagai abdi negara polwan yang jujur layaknya seperti polisi jujur yang legendaris Hoegeng.
“Harapan saya kepada anak saya, Eka supaya jadi polisi yang baik, jujur kayak pak Hoegeng, adil berguna bagi masyarakat, nusa dan bangsa dan berbakti kepada orang tuanya seperti saya,” pungkas Sabirin.
http://www.merdeka.com/peristiwa/masuk-tanpa-sogokan-ayah-minta-bripda-eka-jadi-polisi-jujur.html