+
Perhatian publik tertuju pada Neng, bocah warga Kalideres, Jakarta Barat, yang Jumat (2/10) malam ditemukan tewas di dalam sebuah kardus. Neng ditemukan dalam kondisi memprihatinkan. Tangan dan kakinya diikat lakban dengan mulut disumpal kaos kaki.
Neng ditemukan tanpa busana. Dari hasil otopsi ditemukan kekerasan fisik di area kelaminnya serta ada berkas sperma. Dilihat dari kondisi jasadnya, Neng diperkirakan sudah tak bernyawa pada Jumat siang.
Sejumlah pihak mengutuk keras pelaku pembunuhan Neng. Bahkan, kejadian ini masuk kategori pembunuhan sadis.
“Ini merupakan pembunuhan sadis dan keji. Ini biadab. Karena biadab itu saya akan lakukan lebih apa yang saya punyai,” ujar Ketua Komnas Perlindungan Anas, Arist Merdeka Sirait saat mengunjungi keluarga korban di Jakarta, kemarin.
Anggota Komisi VIII DPR, Maman Imanulhaq, menyebut peristiwa malang yang menimpa bocah berumur 9 tahun itu menambah rentetan panjang kasus terhadap kekerasan anak. Sehingga, ia menilai dewasa ini Indonesia telah mengalami kondisi darurat terhadap kekerasan anak.
“Indonesia memang darurat kekerasan terhadap anak. Tadinya kita berharap kasus Angeline adalah kasus terakhir. Tapi ternyata kasus kekerasan terhadap anak adalah persoalan gunung es yang sangat mengkhawatirkan,” kata Maman
Polda Metro Jaya berlomba dengan waktu memecahkan kasus ini. Polisi menyusur lokasi kejadian, tempat Neng ditemukan dalam kondisi tak bernyawa. Kapolda Metro Jaya Irjen Pol Tito Karnavian menuturkan, dugaan terjadi kekerasan seksual sebelum Neng dibunuh sudah tampak jelas dari hasil otopsi yang dilakukan tim forensik dari RS Polri. Dia menuturkan, Polda Metro Jaya sudah membentuk tim khusus menyelidiki kasus ini.
“Tim kita sudah terbentuk korban sudah jelas siapa, kemudian diduga dari hasil otopsinya ada kekerasan seksual.”
Ketua Komnas PA Arist Merdeka Sirait menduga pembunuh bocah Neng adalah kerabat dekat korban. Menurut dia, dugaan itu seperti yang terjadi pada kasus-kasus sebelumnya.
“Saya akan bekerja sama dengan yang lain. Dugaan saya sesuai kasus yang kita bongkar justru orang terdekat,” kata Arist di rumah Neng, Jakarta Barat, Senin (5/10).
Arist mengatakan, dugaan ini harus diteliti agar menjawab misteri kematian bocah sembilan tahun itu agar persoalan ini tidak berlarut dan meresahkan masyarakat. “Perlu ada penyisiran dugaan saya,” kata Arist.
Satuan Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya meminta keterangan dua orang saksi terkait pembunuhan bocah sembilan tahun yang jasadnya ditemukan di dalam kardus di Kalideres, Jakarta Barat. Salah satu saksi tersebut merupakan seorang residivis.
“Ada residivis tinggal sendiri di bedeng suka main dengan anak kecil, kami periksa,” kata Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya, Komisaris Besar Krishna Murti di ruangnya, Senin (5/10).
Selain itu, saksi lain yang diperiksa bertempat tinggal di lokasi tempat terakhir korban terlihat. Saksi tersebut diperiksa setelah anjing pelacak berhenti di rumahnya.
“Di gang itu disisir anggota. Anjing pelacak kami berhenti di rumah orang itu,” ujarnya.
Krishna menegaskan, pemeriksaan kedua orang itu masih sebagai saksi. Selain itu polisi juga akan mencocokkan DNA saksi dengan DNA asing yang menempel di tubuh korban.
“Dua orang saat ini masih diperiksa secara intensif. Ingat, masih saksi belum menjadi tersangka,” ujarnya.
Satuan Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya terus mendalami kasus pembunuhan Neng, bocah sembilan tahun yang jasadnya ditemukan terbungkus dalam kardus di kawasan Kalideres, Jakarta Barat. Salah satunya dengan memeriksa rekaman closed circuit television (CCTV) yang berada di dekat lokasi penemuan jasad.
“Tadi malam kami membongkar CCTV. Datanya sudah kami back up,” kata Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya, Komisaris Besar Krishna Murti di ruangnya, Senin (5/10).
Khrisna menambahkan, rekaman CCTV tersebut tidak dapat dilihat secara cepat. Penyidik harus melihat rekaman tersebut secara perlahan-lahan untuk mendapatkan petunjuk yang signifikan.
“Apabila terdapat petunjuk signifikan, ini akan menjadi penyelidikan,” ujarnya.
Polda Metro Jaya masih menelusuri pelaku pembunuh Neng (9), warga Kalideres yang ditemukan tewas di dalam kardus dengan kondisi mengenaskan. Saat ditemui dalam perayaan HUT TNI ke-70 di Markas Kodam Jaya, Kapolda Metro Jaya Irjen Pol Tito Karnavian mengatakan, pihaknya sudah memeriksa beberapa orang untuk penyelidikan kasus pembunuhan Neng.
Dari hasil otopsi di mana pada bagian kelamin dan dubur Neng ditemukan bercak sperma dan kondisi Neng yang ditemukan tewas tanpa busana, Kapolda menduga pelaku mengidap kelainan seksual dengan orientasi terhadap anak-anak.
“Kita sudah tanya keluarga, orang terdekat, dan tidak menutup kemungkinan pelaku yang mengidap gangguan pedofil,” ujar Tito di Jakarta, Senin (5/10).
Polisi masih terus mendalami penyidikan kasus pembunuhan PNF atau bocah Neng, anak sembilan tahun yang jasadnya ditemukan terbungkus dalam kardus di kawasan Kalideres, Jakarta Barat. Hingga saat ini, polisi telah meminta keterangan dua orang.
“Dua orang saat ini masih diperiksa secara intensif. Ingat, masih saksi belum menjadi tersangka,” kata Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya, Komisaris Besar Krishna Murti di ruangannya, Senin (5/10).
Khrisna menjelaskan, dua orang saksi ini berdasarkan olah TKP yang dilakukan penyidik. Keduanya merupakan orang yang berada di lokasi tempat korban terakhir menghilang. Kedua orang ini dianggap tidak memiliki alibi yang cukup kuat saat kejadian.
“Indikator orang yang kami jadikan saksi yang tinggal sendiri, alibi tidak cukul akurat. Dari sana kami akan melakukan pemeriksaan dua orang ini,” ujarnya.