+
Nindi, bocah berusia empat tahun ini menjadi korban kekerasan oleh ibu kandungnya sendiri. Sejumlah luka terlihat membekas di tubuh bocah asal Kabupaten Teluk Wondama, Provinsi Papua Barat ini.
Kepala Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana (BP2KB) Kabupaten Teluk Wondama, Eka Wosiri, yang dihubungi dari Manokwari, Sabtu (24/10), mengatakan, diduga penganiayaan itu, dilakukan oleh ibu kandungnya sendiri.
“Menurut pengakuan korban, dia sering mendapat perlakukan kasar dari ibu kandungnya. ‘Saya dipukul dengan palu, diinjak di bagian perut dan sering dibakar dengan puntung rokok’. Begitu katanya,” kata Eka mengutip pengakuan korban, Sabtu (24/10).
Eka juga memaparkan, kemungkinan besar penganiayaan yang dilakukan terhadap korban lebih dari sekali. Sebab, terdapat luka di beberapa bagian tubuh korban.
“Penganiayaan itu juga terjadi lebih dari sekali. Karena ada sejumlah bekas cakar di bagian wajah serta kepala, bibirnya membengkak, dan gigi bagian depan rontok,” ucapnya.
Seperti dilansir Antara, Eka menjelaskan bahwa kasus ini sudah ditangani Kepolisian Resor Teluk Wondama. Pihak kepolisian pun menjemput korban di rumahnya yang beralamat di kompleks hunian tetap, Distrik Wasior.
“Setelah sempat diamankan di kantor Polres, Nindi kini tinggal bersama seorang staf BP2KB Teluk Wondama. Dirinya pun terlihat mulai ceria,” ucapnya.
Dia menambahkan, meski proses hukum kasus tersebut sedang berlangsung, namun, polisi tidak melakukan penahanan terhadap tersangka. Sebab, Polres Teluk Wondama belum memiliki ruang tahanan wanita.
“Tersangka hanya dikenakan wajib lapor. Sementara ayah Nindi, saat ini masih berada di luar daerah, melaksanakan tugas dinas,” jelasnya.
Kasus yang menimpa Nindi, menambah daftar jumlah kekerasan terhadap anak yang terjadi di kabupaten tersebut. BP2KB mencatat, sebelumnya, telah terjadi kasus yang mengakibatkan korban meninggal. Pelaku pencabulan itu adalah ayah kandungnya sendiri.
“Ada juga kasus penemuan bayi di tong sampah, pembunuhan anak oleh ayah kandungnya, serta kasus pemukulan siswa SD yang dilakukan orang tua murid,” tutur Eka.
Pihaknya, akan terus memantau proses hukum kasus tersebut. BP2KB pun akan meningkatkan sosilisasi, untuk menghindari, agar tidak ada lagi anak-anak di daerah ini yang mengalami peristiwa serupa.
+
Sumber : Merdeka.com