Presiden Joko Widodo (Jokowi) memutuskan untuk mencabut subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM) dan melempar mekanisme harganya ke pasar. Hal tersebut sontak menyebabkan harga BBM subsidi dalam negeri kerap bergejolak atau fluktuatif.
Dalam tujuh bulan kepemimpinannya, total sekitar tiga kali Jokowi mengubah harga BBM bersubsidi di pasar dalam negeri.
Kepala Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas (BPH Migas), Andy Noorsaman Sommeng berdalih, fluktuasi harga jual BBM merupakan upaya pemerintah membiasakan masyarakat menuju ketahanan energi.
“Tujuannya ini menuju ketahanan energi, mengenai harga minyak turun, kan memang pernah turun, pemerintah berupaya membiasakan masyarakat itu suatu hal yang biasa,” ujar Andy saat diskusi mingguan dihelat merdeka.com, Radio Republik Indonesia (RRI), Ikatan Jurnalis Televisi Indonesia (IJTI), dan Institut Komunikasi Nasional (IKN) bertajuk ‘Energi Kita’ di Restoran Bumbu Desa, Cikini, Jakarta Pusat, Minggu (5/4).
Penghapusan subsidi BBM, lanjutnya, membuat pemerintah memiliki dana untuk mengembangkan energi alternatif. “Karena minyak di Indonesia ini sebagai ekonomik, setiap harga minyak naik itu ya semuanya naik, karena semuanya digerakan oleh minyak,” ucapnya.
Penggunaan energi alternatif juga membuat harga komoditas tak lagi terlalu berpengaruh pada aspek energi. Pasalnya, energi alternatif sebagai bahan bakar transportasi tidak terlalu mahal.
“Ini ke depan harus berubah, seperti kereta harus diubah dari listrik yang berasal dari pembangkit energi baru, bukan lagi yang minyak, karena di manapun harus dihemat,” tandasnya.
http://www.merdeka.com/uang/penghapusan-subsidi-bbm-upaya-indonesia-menuju-ketahanan-energi.html