Kundur News – Denpasar – Bank Indonesia memprediksikan Bali berpotensi kehilangan pendapatan dari sektor Pariwisata mencapai Rp. 193 miliar. Salah satu penyebabnya adalah akibat pembatalan kedatangan kunjungan wisatawan domestik maupun mancanegara yang akan berkunjung ke Bali pasca erupsi Gung Agung. Hal tersebut disampaikan Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali Causa Iman Karana dalam acara Pertemuan Tahunan Bank Indonesia 2017 di Denpasar, Kamis (14/12/2017).
BACA: Langkah Strategis Sikapi Kelesuan Pariwisata Bali
Menurut Iman, Peningkatan aktivitas vulkanis Gunung Agung sejak periode akhir triwulan III 2017, telah memberikan dampak yang signifikan terhadap kinerja ekonomi Bali.
“Bahkan dengan perkembangan terkini, terjadinya erupsi pada periode akhir November 2017 telah mengakibatkan ditutupnya operasional Bandara I Gusti Ngurah Rai sejak tanggal 27-29 November 2017” kata Iman Karana.
Iman menyebutkan berdasarkan perkembangan industri pariwisata terakhir, besarnya ketergantungan terhadap kedatangan wisatawan ke Bali melalui jalur udara menjadi salah satu tantangan yang dihadapi Bali. Hal ini terutama bila terjadi bencana alam yang mengakibatkan tutupnya operasional Bandara seperti tahun 2015 dan 2017.
Rencana pengembangan Benoa sebagai Tourism Port menjadi hal yang strategis sebagai alternatif pintu masuk ke Bali.
“Di samping itu koordinasi yang baik dengan pengelola ferry maupun otoritas pelabuhan penyeberangan Gilimanuk serta otoritas terkait di kabupaten Banyuwangi juga perlu terus menjadi perhatian” papar Iman Karana.
Iman mengungkapkan selain potensi perlambatan jumlah wisatawan yang diprakirakan terjadi pada triwulan IV 2017, adanya perubahan struktur wisatawan yang datang ke Bali juga menyebabkan kualitas wisman cenderung berkurang, baik dari sisi belanja wisman maupun dari rata-rata lama tinggal.
BACA: Travel Warning Tak Pengaruhi Minat Wisatawan Tiongkok Untuk Kunjungi Bali
Pertumbuhan pembangunan hotel yang cenderung terpusat di daerah Bali Selatan, juga turut berdampak pada penurunan occupancy rate yang memaksa hotel menerapkan tarif kamar yang lebih rendah, sehingga mendorong terjadinya perang tarif terutama pada hotel kelas menengah ke bawah.
BACA: Bali Jadi Destinasi Terbaik Dunia Tahun 2017 Versi TripAdvisor
Iman menambahkan ketidakmerataan pembangunan antara Bali Selatan dan wilayah Bali lainnya, turut menjadi tantangan tersendiri untuk Provinsi Bali, dalam mencapai pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkualitas. Faktor ketersediaan infrastruktur penunjang, khususnya terkait dengan konektivitas, menjadi tantangan berat ditengah-tengah tingginya biaya pembebasan lahan di Provinsi Bali.
Dalam hal ini diharapkan pembangunan jalan tol yang menghubungkan Bali Utara dan Bali Selatan dapat membantu meningkatkan konektivitas, sehingga mempercepat proses pemerataan pembangunan di wilayah Bali ini.*