Denpasar – Gubernur Bali Made Mangku Pastika menegaskan program Bali Mandara perlu dievaluasi agar dapat mewujudkan tujuan yang diinginkan. Dimana cita-cita Bali mandara adalah mewujudkan Bali yang Maju, Aman, Damai dan Sejahtera (Bali Mandara).
BACA: Gubernur Bali Target Tuntaskan Program Bali Mandara II
“Ini [Visi Bali Mandara] perlu kita renungkan bersama. Tentu saja harus ada evaluasi. Selama ini oke nggak sih?,” tanya Pastika pada acara peluncuran buku Kewaspadaan Nasional Untuk Bali Mandara di Gedung Kertha Sabha, Jaya Sabha, Denpasar, Jumat (29/12).
Menurut Pastika, waspada berarti mengetahui ada ancaman apa di depan sehingga bisa mempersiapkan diri. Bentuk persiapan itu misalnya dengan meningkatkan kualitas diri dan bergerak responsif, bukan reaktif, imbuhnya.
Tenaga ahli Lembaga Ketahanan Nasional RI Mayjen TNI Purn. Dr. I Putu Sastra Wingarta, S.IP M.Si mengatakan dalam beberapa tahun terakhir, provinsi Bali hampir selalu menjadi nomor satu dalam indeks Ketahanan Nasional yang dibuat Lemhannas. Kondisi ini bisa menjadi salah satu indikator dari apa yang telah dibuat pemerintah provinsi Bali dengan konsep yang berbasis budaya ‘jengah’. “Ia bisa berfungsi sebagai penunjuk jalan agar tetap on the track menuju tercapainya Bali Mandara,” ujar Putu Sastra.
BACA: Dua Program Bali Mandara Wakili Indonesia pada Kompetisi Inovasi Dunia
Budayawan I Wayan Geriya mengatakan dalam upaya pembangunan Bali saat ini yang berbasis kearifan lokal Tri Hita Karana, konsep pembangunan manusia menjadi titik yang perlu mendapat perhatian penting. Sehingga istilah Jengah merupakan konsep yang bertujuan membangun jiwa atau spirit manusia Bali.
Kepala MUDP Bali, Jero Gede Putus Suwena Upadesa mengatakan cita-cita Bali Mandara sesungguhnya sama dengan cita-cita Desa Pakraman untuk mewujudkan Bali yang Shanti dan Jagadhita. Sehingga yang paling terpenting adalah bagaimana konsep di dalam pencapaian itu karena ujungnya sama.