Ketua RT 002, Atan Yahya, dan tokoh masyarakat Dwikora, Wahid, beserta sejumlah warga saat menerangkan kondisi pembangunan, Jumat (26/10/18).
Ketua RT 002, Atan Yahya, dan tokoh masyarakat Dwikora, Wahid, beserta sejumlah warga saat menerangkan kondisi pembangunan, Jumat (26/10/18).

Tanjungbatu – Sekelompok masyarakat di Dwikora Tanjungbatu, kecewa dengan pengelola bantuan rehab rumah layak huni di RT 002 RW 004, Kelurahan Tanjungbatu Kota. Pengerjaannya diduga dilakukan asal jadi, serta harga bahan-bahan bangunan sangat tidak sesuai dengan harga di pasaran saat ini. Sehingga mereka menilai bantuan yang diberikan tersebut tidak maksimal sesuai dengan harapan.

Penuturan waga mengatakan, rehab yang dikerjakan saat ini telah dicelat oleh oknum pengelola, dari rab harga bahan dengan material yang dibantukan.

“Ada dua Kepala Keluarga yang kami terima mendapatkan bantuan rehab rumah. Rumah Nurdin dengan rumah Yudilatis. Harga bahan-bahan bangunan yang tertera pada rab yang saya terima sangat tidak sesuai dengan harga di pasaran saat ini. Seperti harga tanah satu lori seharga Rp 120ribu hingga Rp130ribu, tapi mereka masukan pada rab dengan angka Rp 360ribu. Paku per kilo hanya Rp15rb, pada rab dimasukkan dengan harga Rp30ribu, kayu 4 inchi dapat dibeli Rp 5ribu, mereka jual dengan harga Rp25ibu perbatang. Dan masih banyak harga bahan-bahan lainya yang tidak masuk diakal,” tutur ketua RT 002, Atan Yahya, Jum’at (26/10/18).

Dikatakannya, program bantuan rehab rumah kali ini, sifatnya bantuan berupa bahan bangunan. Satu kepala keluarga memilih merehab sendiri, dan satu rumah lainnya langsung dikelola oleh pengelola bantuan. Bantuan yang dilakukan oleh pengelola, dikerjakan oleh tukang yang telah ditunjuk pengelola yang hasilnya mengecewakan.

“Material yang ada tidak sesuai, pasir yang seharusnya satu lori menjadi lebih kurang satu pickup, hal itu juga menjadi penyebab pengerjaan yang kami duga asal jadi. Pengerjaan dilakukan bukan layaknya membuat sebuah rumah,” ungkap dia.

Dalam pantauan Kundur News di lokasi pembangunan rehab, Jum’at (26/10/18), kayu yang disebut seharga Rp25.000,- per batang sewajarnya dijadikan cerucuk pondasi bangunan, kini kayu-kayu tersebut melintang berbaris sebagai alas pondasi bangunan. Dengan kata lain, pondasi dibangun di atas kayu-kayu yang melintang pada lahan gambut di rumah tersebut. seperti yang tampak pada gambar dibawah ini.

Kondisi pondasi bangunan di atas kayu-kayu pada lahan gambut
Kondisi pondasi bangunan di atas kayu-kayu pada lahan gambut

Wahid, seorang tokoh masyarakat di Dwikora, ikut ke lokasi pembangunan, ikut menyampaikan kekeluhan warga terkait pembangunan rehab tersebut.

Kata Wahid, mereka sangat berterima kasih kepada pemberi bantuan rehab rumah. Ungkapan kekecewaan yang ada bukan berarti dia ingin menghalang-halangi warga kurang mampu untuk menerima bantuan, tapi merupakan ungkapan kekecewaan terhadap oknum penyalur dan pengelola yang masih ingin mengambil kesempatan terhadap hak orang yang kurang mampu.

“Kami sangat berterima kasih kepada pemberi bantuan, dengan ini bukan berarti kita mau menghalang-halangi warga untuk menerima bantuan. Karena kita semuanya disini bersaudara, jadi jika bantuan dirasakan tidak sepenuhnya diterima oleh saudara kita, kami juga ikut kecewa,” ungkap Wahid.

Sampai saat ini belum diketahui secara pasti pihak yang membantu maupun yang menyalur program bantuan rehab terhadap dua unit rumah di Dwikora tersebut. Anggaran rehab rumah tersebut, kata mereka berjumlah Rp 15 juta per unit.

“Kita sudah tanya sana sini, ke kantor Lurah kita tanyakan juga tidak tahu secara pasti. Cuman saya dengar kabar bantuan tersebut datangnya dari Provinsi Kepri, sebanyak 20unit, dan itu tidak pasti,” jelas Wahid.*

Previous articleWisata Hutan Mangrove Mengkuse, Satu-satunya Obyek Wisata Mangrove di Karimun
Next articleBupati Karimun, H Aunur Rafiq, Tutup Kundur Cup III, Serta Penyerahan Hadiah