Kundurnews – Insiden jatuhnya crane atau alat konstruksi derek di Masjidil Haram, Mekkah, Saudi Arabia pada Jumat, (11/9), menambah daftar kelam peristiwa buruk yang menimpa jemaah haji. Dilaporkan sebanyak 107 nyawa turut menjadi korban jiwa, dengan enam di antaranya berasal dari Indonesia.
Peristiwa ini sontak menimbulkan tanya mengapa bisa alat berat seperti itu ada di tengah jemaah haji yang tentunya sangat membahayakan keselamatan mereka? Perlu diketahui sebelumnya bila keberadaan alat berat dipergunakan untuk perluasan masjid tersebut, agar muat menampung jumlah jemaah haji yang tiap tahun terus bertambah.
Hal ini menjadi polemik tersendiri bagi pemerintah Saudi, di satu sisi harus menjaga keselamatan jamaah dari bahayanya alat berat, di sisi lain pengerjaan proyek perluasan harus dikebut demi target rampung pada Oktober tahun depan, seperti yang dituturkan Duta Besar Kerajaan Arab Saudi untuk Indonesia Mustafa Ibrahim dalam wawancara khususnya dengan merdeka.com Juli lalu.
“Berkaitan dengan Masjidil Haram, ini merupakan pengurangan terakhir ibadah haji, insya Allah 2016 jumlah haji kembali seperti semula,” tuturnya pada Juli lalu di kantornya, Jakarta (6/7).
Spekulasi terkait pihak yang bertangung jawab pun bermunculan, apakah pihak pengembang proyek yaitu grup Bin Laden, atau kecerobohan pemerintah Saudi, atau bahkan tidak dapat menyalahkan keduanya? karena memang diketahui cuaca buruk tengah menimpa Mekkah kala insiden nahas ini terjadi.
Sebuah kilat besar tertangkap kamera sebelum insiden besar yang menewaskan ratusan jiwa di Masjidil Haram Mekkah kemarin, Jumat (11/9). Crane atau konstruksi derek yang menimpa Masjidil Haram terjadi menjelang Magrib.
Salah satu saksi mata mengatakan, orang-orang tengah bersiap melakukan salat magrib.
“Kami baru selesai mengambil wudhu (pembersihan diri sebelum salat) dan insiden itu terjadi menimpa orang yang hendak melaksanakan salat magrib,” ujar seorang reporter CNN yang kebetulan tengah menjalankan ibadah haji, Yahya Al Hashemi.
Dia sempat merekam ketika kilat menyambar Masjidil Haram.
“Saya melihat kilat, sepertinya berasal dari badai pasir yang bercampur dengan hujan badai. Banyak konstruksi yang beterbangan akibat badai tersebut. Semua orang berhamburan menyelamatkan diri ketika crane itu jatuh,” tukas Yahya.
Terlepas dari siapa yang hendak dipersalahkan, Kementerian Agama Republik Indonesia mengatakan bila pemerintah Saudi siap memberi kompensasi dari baitul mal.
“Ini sebagai bentuk tanggung jawab pelayanan di Tanah Suci dalam menyikapi insiden seperti kasus terowongan Mina, dan mungkin juga kasus crane ini,” seperti dikutip dari situs Kementerian Agama, Sabtu (12/9).
Tidak dipungkiri bila ini menjadi duka mendalam di seluruh dunia, tidak terkecuali Indonesia. Presiden Jokowi yang tengah melakukan lawatannya ke Timur Tengah saat insiden ini terjadi, langsung memberi arahan kepada Menteri Agama Republik Indonesia dan Kementerian Luar Negeri Indonesia untuk bekerja optimal.
“Saya sudah meminta Amirul Haj dan KJRI di Jeddah untuk beri bantuan seoptimal mungkin,” kata Presiden dalam keterangan pers di Istana Raja Faisal, Jeddah, Jumat malam waktu setempat atau Sabtu dini hari waktu Jakarta.
Sementara itu, pemerintah Saudi sendiri telah melakukan tindakan pengobatan kepada para korban ke sejumlah rumah sakit. Tenaga-tenaga profesional dikerahkan pemerintah Saudi untuk membantu dan memberikan perawatan secara maksimal kepada para korban.
Mengapa alat berat tersebut tetap ada ketika ibadah haji sedang dilangsungkan? Tidakkah ini membahayakan para jamaah haji?
Pertanyaan itu tentu ada di benak kita. Namun, jika hal ini ditanyakan langsung kepada Raja Saudi, sudah pasti dia bingung dan serba salah.
Di satu sisi, Raja Saudi, Raja Salman bin Abdul Aziz, menginginkan pembangunan berjalan cepat. Dalam wawancara khusus merdeka.com dengan Duta Besar Arab Saudi untuk Indonesia beberapa waktu lalu, disebutkan pembangunan akan segera rampung pada awal 2016.
Terlepas dari siapa yang salah lantaran kejadian tersebut, insiden ini tidak ada yang tahu akan terjadi.
+
Sumber : Merdeka.com