Salahsatu pasien RSUD Tg Batu saat hendak berangkat ke Balai Karimun
Salahsatu pasien RSUD Tg Batu saat hendak berangkat ke Balai Karimun

Tanjungbatu – Masyarakat di Pulau Kundur kini sudah mencapai titik jenuh bahkan menjadi hal yang sangat memuakkan, dimana ketika menderita sakit terjadi pada dirinya, keluarga/ kerabat, atau teman, alih-alih harus dirujuk ke Balai Karimun. Untuk menuju ke Balai Karimun baik ke RSUD M Sani atau ke RSBT makan waktu hingga hampir dua jam lho,. Maka tak heran jika banyak pasien yang kadang tewas dalam perjalanan, dan hal ini sudah berlangsung hingga puluhan tahun lamanya.

Kendati sudah didirikan RSUD Tanjungbatu pada awal Oktober tahun 2020 silam, diharapkan mampu menekan angka rujukan ke Balai Karimun, tapi kenyataannya seorang pasien yang hanya jatuh dari kamar mandi saja harus dirujuk ke Balai Karimun, karena tidak adanya fasilitas rontgen dan alkes pendukung lainnya. RSUD type D yang di Kundur itu, hanya ada ‘tempat tidur dan tiang infus’.

Pantauan Kundur News secara rutin di Unit Gawat Darurat (UGD) RSUD Tanjungbatu, cukup padat melayani pesakit, apalagi pasien setelah ditindak terlebih dahulu di observasi, bahkan ada pada waktu-waktu tertentu pasien harus mengatri. Dari sisi layanan, salah satu pasien mengungkapkan untuk tenaga medis yang ada di RSUD Tanjungbatu, sangat cukup baik, ramah, santun, dan penuh rasa tanggungjawab.

“Layanan di RSUD Tanjungbatu boleh diacungkan jempol, pelayanan dilakukan dengan sepenuh hati, baik, ramah dan tanggungjawab. Mulai dari perawat, dokter sampai ke security nya. Namun sayang tetap juga harus di rontegen di Balai,” ujar Hj Kamisyah, saat perjalanan rujuk ke Balai Karimun, akibat jatuh dari kamar mandi, Senin (24/05/2021).

Pihak RSUD Tanjungbatu mencatat, jumlah pasien per-triwulannya, dari Oktober hingga Desember 2020 sebanyak 820 pasien. Dari januari hingga maret 2021 sebanyak kurang lebih 980 pasien. Jumlah tersebut terus mengalami peningkatan.

Direktur RSUD Tanjungbatu, dr. Dedi Abrianto, mengatakan, jumlah pasien yang dirujuk sejak berdirinya RSUD sudah banyak mengalami penurunan.

“Yang masuk melalui UGD dari sebanyak 980 orang 60 pasien diantaranya kita rujuk. Sedangkan melalui rawat inap, yaitu pasien yang masuk melalui UGD kemudian kita rawat inap, dari 275 orang jumlah yang kita rujuk sebanyak 52 orang, atau sekitar 18%,” kata Dedi Abrianto di ruang kerjanya, Selasa (25/05/2021).

Dikatakannya, jumlah rata-rata pasien yang dirujuk adalah pasien penyakit dalam, baru disusul penyakit anak, bedah dan kandungan.

“Jadi, memang kedepan yang menjadi prioritas kita minimal ada tenaga ahli penyakit dalam dan spesialis anak, kedepannya lagi jika sudah ada ruang operasi kita akan kembangkan lagi ke ahli bedah dan disusul lainnya,” ujar Dedi.

Saat ini yang menjadi kebutuhan di RSUD Tanjungbatu itu adalah Sarana dan prasarana penunjang, seperti Lab dan lainnya.

“Jangan sampai alkesnya ada namun tak ada tenaga ahlinya, atau sebaliknya, ada tenaga ahli namun alkesnya belum ada,” tambahnya.

Dikatakan Direktur RSUD, saat ini untuk penyediaan alat-alat kesehatan, pihaknya masih menunggu bantuan dari pihak pemerintah Provinsi Kepri ataupun Kabupaten Karimun.

“Kalau untuk tenaga dokter specialis kita tunggu siapa mau melamar, mudah-mudahan di bulan Juni ini ada, atau jika tidak ada juga, bisa saja dropping dari RSUD M Sani. Kalau terkait alkes saat ini kita sangat berharap bantuan dari pemerintah provinsi, atau dari pusat melalui Kabupaten,” ujarnya.

Dedi Abrianto sangat memaklumi apa yang menjadi harapan dan kebutuhan masyarakat terhadap RSUD Tanjungbatu, namun pihaknya akan terus berusaha untuk memenuhi kebutuhan tersebut.

“Mengingat usia RSUD kita ini sangat baru, jadi kita harap masyarakat dapat memakluminya,” tukasnya.

Terkait permasalahan diatas, salah satu anggota DPRD Provinsi Kepri, Ery Suandi, saat dimintai tanggapannya mengungkapkan, bahwa dirinya sebagai putra Kundur juga ikut merasa muak terhadap permasalahan tersebut. Dia sangat berharap pihak pemerintah Kabupaten maupun Provinsi untuk dapat memprioritaskan hal yang menyangkut kesehatan masyarakat.

“Ini bukan hanya untuk kesehatan masyarakat di pulau Kundur saja, tapi masyarakat pulau-pulau lainnya termasuk dari wilayah Provinsi Riau. Dengan demikian secara tidak langsung dapat menunjang perekonomian, disamping dapat meringankan beban RSUD M Sani,” kata Ery.

Dikatakannya juga, untuk menunjang perkembangan RSUD Tanjungbatu, tidak bisa dilakukan oleh satu orang, apalagi dirinya bukan pemengang anggaran. Namun pada intinya demi kepentingan bersama dirinya siap membantu walau harus menguras dari dana asfirasi.

“Untuk pengadaan alkes akan memakan biaya yang tidak sedikit, sumber dananya bisa saja dari kabupaten, provinsi maupun pusat. Hal inilah yang perlu kita dudukan bersama pemegang anggaran. Biaya-biaya pembangunan yang sifatnya tidak begitu penting kita tinggalkan dulu, mari kita prioritaskan kesehatan masyarakat,” pungkas Ery.*

Previous articleWakil Bupati Inhil Serukan Masyarakat Untuk Vaksinasi Covid-19
Next articleDua Tersangka Pelaku Penyelundupan Baby Lobster Diserahkan Lanal Batam Ke SKIPM Batam