Sawang – Diduga tak mampu untuk berobat, seorang warga RT 01 RW 02 Kelurahan Sawang, Kundur Barat, Safi’i (63), terpaksa memotong pergelangan kakinya sendiri akibat luka yang tak kunjung sembuh. Akibatnya, Safi’i sudah tidak dapat lagi bekerja, hidupnya dilanda kemiskinan hingga dua tahun lamanya.
Safi’i hidup berdua bersama seorang istri yang sudah mengalami kebutaan, di sebuah gubuk di tanah majikannya, samping rumah sarang burung walet. Tiap bulannya dia hanya mendapatkan upah sebesar Rp 300.000,- perbulan, sebagai jasa menjaga sarang walet dari pencurian. Cukup tidak cukup uang sebanyak itu dia harus merasakan cukup.
Ormas Melayu Raya dan IKBO (Ikatan Keluarga Besar Ojek), menyempatkan diri mengantar bingkisan sembako terhadap Safi’i, pada Ahad (08/03/2020).
Safi’i pada kesempatan itu mengucapakan terima kasihnya kepada kedua Ormas tersebut, yang telah peduli terhadap keluarganya.
Safi’i menuturkan, luka pada kakinya itu bermula saat dirinya masih bisa bekerja sebagai pembersih rumput dengan menggunakan mesin.
“Sekitar dua tahun yang lalu saya bekerja sebagai pembersih rumput, dengan menggunakan mesin, tiba-tiba terluka. Setelah itu saya tidak berobat, karena untuk berobat, uang dari mana. Luka terus membengkak dan membesar, akhirnya sedikit-demi sedikit saya potong, hinggalah kondisi seperti ini,” kata Safi’i.
Safi’i semulanya warga Mengkuse, Sawang Selatan. Untuk dapat bekerja sebagai penjaga rumah sarang burung walet, akhirnya dia pindah ke Sawang, tepatnya di RT 01 RW 02, Kelurahan Sawang. Dia juga mengakui sejak masa hidupnya dia belum pernah merasakan bantuan dari pemerintah.
“Saya tidak tahu kenapa kami tak pernah mendapatkan bantuan, mungkin karena kami pindah tempat, sehingga kami tak memiliki KTP,” ucap Safi’i.
Mas Phono, dari IKBO, berharap, dengan kejadian tersebut, diharapnya pihak pemerintah daerah, khususnya Dinas Sosial untuk dapat peduli terhadap orang yang tak berdaya tersebut.
“Kami berharap dari pemerintah, ataupun siapa saja yang mampu, untuk dapat menyisihkan sedikit waktu dan rezekinya terhadap Safi’i dan istrinya,” tukas Mas Phono.*