Tawadhu adalah salah satu sifat terpuji yang diajarkan dalam Islam dan menjadi cerminan dari kepribadian yang rendah hati. Sebagai lawan dari kesombongan, tawadhu mencerminkan sikap seorang hamba yang menyadari posisinya di hadapan Allah dan manusia lainnya.
Dalam artikel ini, kita akan membahas makna tawadhu, pentingnya sifat ini dalam kehidupan sehari-hari, dan bagaimana cara menghindari kesombongan yang merusak.
Pengertian Tawadhu
Secara bahasa, tawadhu berasal dari kata Arab “tawadhu'” yang berarti rendah hati atau bersikap tidak meninggi-ninggikan diri. Dalam istilah syariat, tawadhu berarti sikap seorang mukmin yang tidak merasa lebih baik, lebih tinggi, atau lebih mulia daripada orang lain. Tawadhu adalah cerminan kesadaran bahwa semua manusia memiliki kedudukan yang sama di hadapan Allah.
Dalil Tentang Tawadhu
Al-Qur’an dan Hadis banyak sekali membahas tentang pentingnya tawadhu. Allah berfirman dalam Surah Al-Furqan ayat 63:
“Dan hamba-hamba Tuhan Yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati, dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata yang baik.”
Selain itu, Rasulullah SAW bersabda:
“Barang siapa yang merendahkan diri karena Allah, maka Allah akan meninggikan derajatnya. Barang siapa yang sombong, maka Allah akan merendahkannya.” (HR. Muslim)
Ciri-Ciri Orang yang Tawadhu
Tawadhu dapat dikenali dari berbagai perilaku dalam kehidupan sehari-hari. Berikut adalah beberapa ciri orang yang tawadhu:
- Menghormati Sesama: Orang yang tawadhu selalu menghormati orang lain, baik yang lebih tua maupun yang lebih muda.
- Tidak Merendahkan Orang Lain: Mereka tidak pernah memandang rendah orang lain meskipun memiliki kedudukan atau kekayaan lebih tinggi.
- Menerima Kritik: Orang yang tawadhu terbuka terhadap kritik dan saran dari siapa saja.
- Mengakui Kesalahan: Mereka tidak segan untuk meminta maaf jika berbuat salah.
Dampak Positif Tawadhu
· Dalam Kehidupan Pribadi
Tawadhu dapat membuat seseorang merasa lebih tenang dan damai. Sifat ini membantu individu untuk selalu bersyukur dan tidak mudah merasa iri terhadap pencapaian orang lain. Hal ini juga mendorong keikhlasan dalam beribadah dan berbuat baik.
· Dalam Hubungan Sosial
Orang yang tawadhu cenderung memiliki hubungan yang harmonis dengan orang lain. Mereka mudah diterima dalam lingkungan sosial karena sifatnya yang tidak suka membanggakan diri. Sikap rendah hati juga menciptakan suasana kerja sama dan saling menghormati.
Kesombongan: Sumber Kerusakan
Sebaliknya, kesombongan adalah sifat tercela yang dapat menghancurkan hubungan dengan Allah dan sesama manusia. Kesombongan muncul dari perasaan lebih unggul dibanding orang lain, baik dalam hal harta, ilmu, maupun kedudukan. Dalam Surah Luqman ayat 18, Allah berfirman:
“Dan janganlah kamu memalingkan wajahmu dari manusia karena sombong, dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membanggakan diri.”
Bahaya Kesombongan
Kesombongan membawa banyak dampak negatif, antara lain:
- Terputusnya Rahmat Allah: Allah tidak menyukai hamba yang sombong.
- Dibenci Orang Lain: Orang yang sombong cenderung dijauhi oleh orang-orang di sekitarnya.
- Menghalangi Kebenaran: Kesombongan membuat seseorang sulit menerima nasihat atau kebenaran.
Cara Menghindari Kesombongan
- Menyadari Keterbatasan: Mengingat bahwa semua yang dimiliki hanyalah titipan Allah akan membantu mengurangi rasa sombong.
- Bersyukur: Sifat syukur membuat hati lebih lembut dan jauh dari kesombongan.
- Meningkatkan Ilmu: Memahami ajaran agama secara mendalam dapat menyadarkan manusia akan pentingnya tawadhu.
- Bergaul dengan Orang Rendah Hati: Lingkungan yang baik sangat memengaruhi perilaku seseorang.
Tawadhu lawan dari kesombongan adalah kunci untuk meraih kebahagiaan sejati, baik di dunia maupun akhirat. Dengan menjauhi kesombongan, seseorang tidak hanya mendapatkan kedamaian batin, tetapi juga rahmat Allah dan cinta dari sesama manusia. Mari kita jadikan tawadhu sebagai prinsip hidup agar dapat menjadi hamba yang dicintai oleh Allah dan manusia