Rintihan rasa sakit kerap keluar dari bibir kering Jelita (44). Wanita beranak tiga yang mengalami kebakaran pada tahun 2007 silam ini, tidak dirawat inap oleh pihak RSUD Arifin Ahmad Pekanbaru. Dia hanya tidur selama 7 hari di lantai ruang pendaftaran beralaskan tikar plastik yang sangat tipis.
Namun meski demikian, Junihar Silaban (44), suami Jelita, yang sudah berusaha untuk mengobati istrinya hanya dijanjikan dan harapan sejak Jelita dibawa ke RSUD Arifin Ahmad pada Minggu (22/2) lalu.
Sampai saat ini, Minggu (1/3), Jelita belum juga mendapat perawatan intensif dengan alasan masih menunggu panggilan dokter untuk dioperasi amputasi.
“Kata dokter disuruh nunggu, udah 6 hari menunggu di sini, ya tidur di lantai ini. Mereka janji istri saya akan dioperasi, tapi gak tahu kapan dioperasinya, saya pakai Jamkesda Bang,” ujar Junihar.
Jelita kerap teriak-teriak menyerukan rasa sakit pada tangan kanannya yang membusuk terbalut kain. Tanpa diinfus, Jelita terbaring di lantai ruangan pendaftaran RSUD Arifin Ahmad. Parahnya, karena tangannya membusuk dan bau, sang suami Junihar disuruh petugas rumah sakit untuk berupaya menghilangkan bau busuk tersebut.
“Saya malu disindir tangan istri saya bau, memang saya salah mengganggu kenyamanan orang lain, tapi mau bagaimana lagi, saya gak punya saudara di Pekanbaru ini,” ujar Junihar yang mengaku berasal dari Simpang Intan, kecamatan Pinggir kabupaten Bengkalis, Riau.
Karena disindir pihak RSUD Arifin Ahmad, Junihar membuat kopi sebagai upaya menghilangkan bau busuk dari tangan kanan istrinya.
“Itu kopi dalam gelas saya buat, sesekali saya minum, untuk menghilangkan bau saya letakkan dekat tangan istri saya,” keluh Junihar.
Junihar mengaku meninggalkan tiga orang anak di kampungnya. Salah seorang anaknya masih menempuh pendidikan di bangku Sekolah Menengah Atas (SMA), sedangkan dua anak lainnya putus sekolah hanya di tingkat Sekolah Menengah Pertama karena terbatas biaya.
“Dulu rumah saya kan terbakar, pekerjaan saya juga hanya buruh di PT Adei Plantation, gaji gak cukup untuk sekolah anak-anak, jadi hanya satu anak saja yang sekolah di SMA, yang dua anak lagi hanya sampai SMP,” kata pria berasal dari Sumatera Utara ini.
Sementara itu, pihak keamanan RSUD Arifin Ahmad berkeluh kesah karena tidak terima sebutan pengunjung yang merasa iba melihat kedua pasangan suami istri tersebut.
“Siapa bilang terlantar, ibu itu kan pasien rawat inap, kan sudah diberi tahu untuk menunggu informasi selanjutnya, karena tidak ada saudara di Pekanbaru, makanya ibu itu tidur di ruang pendaftaran bersama suaminya,” celetuk salah seorang petugas keamanan.
‘
http://www.merdeka.com/peristiwa/tragis-rsud-pekanbaru-terlantarkan-pasien-miskin-di-lantai-6-hari.html