Pelangiran,– Kekhawatiran masyarakat Dusun Pekan Tua, Desa Rotan Semelur, Kecamatan Pelangiran, Kabupaten Indragiri Hilir (Inhil) meningkat setelah ditemukannya jejak tapak kaki yang diduga milik harimau Sumatera di sekitar area permukiman warga. Sebagai respons cepat, pemerintah desa menggelar musyawarah bersama pihak terkait di Kantor Desa Rotan Semelur pada Rabu (23/4), guna membahas langkah antisipatif menjelang turunnya tim dari Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Provinsi Riau.

 

Musyawarah tersebut dihadiri oleh Babinsa Koramil 10/Pelangiran, Serda Candra Bastian, yang menyampaikan pentingnya peran serta masyarakat dalam menjaga keamanan lingkungan dan menghindari konflik dengan satwa liar. Ia menekankan agar warga tidak mengambil tindakan sendiri, apalagi yang membahayakan harimau, mengingat statusnya sebagai satwa yang dilindungi.

 

“Harimau Sumatera adalah spesies yang terancam punah dan dilindungi oleh undang-undang. Namun, keselamatan warga juga adalah prioritas utama. Karena itu, kami mengimbau agar warga tetap waspada dan segera melapor jika melihat atau menemukan jejak lainnya,” ujar Serda Candra dalam sambutannya.

 

Musyawarah juga dihadiri oleh Kepala Desa Rotan Semelur, Nusariadi; Ketua Badan Permusyawaratan Desa (BPD) M. Adi; Kepala Dusun Pekan Tua, Teguh; perwakilan dari PT BNS yang beroperasi di wilayah tersebut; serta para Ketua RT, RW, tokoh masyarakat, dan tokoh pemuda.

 

Kepala Desa Rotan Semelur, Nusariadi, menyatakan bahwa pemerintah desa siap bekerja sama dengan pihak BKSDA dan aparat terkait untuk menjaga keselamatan warga sekaligus melindungi satwa liar yang ada di sekitar wilayah mereka.

 

“Kami juga akan mengaktifkan ronda malam dan memperkuat komunikasi antarwarga. Jika memang benar ada harimau yang masuk ke kawasan pemukiman, kami berharap penanganannya dapat dilakukan tanpa menimbulkan kerugian di pihak manapun,” katanya.

 

Sementara itu, Ketua BPD M. Adi menyoroti pentingnya edukasi kepada warga, khususnya terkait cara bersikap ketika berhadapan dengan satwa liar. “Sering kali yang terjadi adalah kepanikan karena minimnya informasi. Harus ada edukasi lanjutan setelah kedatangan BKSDA nanti,” ujarnya.

 

Perwakilan PT BNS yang hadir dalam pertemuan juga menyatakan komitmennya untuk ikut mendukung upaya pengamanan, termasuk dengan menyiapkan tim tanggap darurat jika diperlukan, terutama bagi karyawan perusahaan yang berada di lokasi terdekat dari titik jejak harimau ditemukan.

 

Musyawarah berlangsung selama lebih dari dua jam dan menghasilkan sejumlah kesepakatan awal, di antaranya: peningkatan patroli warga secara bergilir, koordinasi cepat antara RT/RW dan aparat desa jika terjadi penampakan, serta pembentukan posko siaga sementara.

 

Warga Dusun Pekan Tua kini diminta untuk lebih berhati-hati dalam beraktivitas di luar rumah, terutama pada malam hari. Sementara itu, pihak desa akan terus melakukan pemantauan dan menunggu kedatangan tim BKSDA untuk penelusuran lanjutan di lokasi jejak ditemukan.

 

Kemunculan jejak harimau ini menambah daftar kasus serupa yang terjadi di beberapa wilayah pesisir dan kawasan perkebunan Inhil dalam beberapa tahun terakhir. Para ahli menduga, menyempitnya habitat alami akibat aktivitas manusia menjadi salah satu penyebab utama meningkatnya interaksi satwa liar dengan manusia.

Previous articleBabinsa Koramil 10/Plg Pratu Jeremia Laksanakan Komsos, Pererat Hubungan dengan Warga Desa Binaan